Selasa, 30 Oktober 2018

Ganti Livery Old CB150R dengan RWB

Hari ini saya sempatkan diri untuk mengganti striping atau livery motor old cb150r saya dengan livery rwb. Motor saya yang awalnya berstriping putih biru, sengaja saya ganti agar memperbarui suasana berkendara. Langsung saya menuju ke tukang stiker setelah striping yang saya beli online tiba pukul 11.30, sebelumnya saya sudah sepakat soal harga dengan tukang stiker bahwa biaya menutup striping dan pemasangan adalah 80.000. Mengapa ditutup tidak dilepas, karena menurut tukang stiker, striping motor honda sulit untuk dilepas. Setelah lebih dari satu jam, akhirnya pengerjaan kelar, dan ini hasilnya:


Lumayan bukan, total biaya adalah 140 ribu, tidak terlalu mahal bukan.

Senin, 29 Oktober 2018

Mengelilingi Bali Barat Dalam 7 Jam

Sabtu lalu saya mendapatkan kesempatan untuk melakukan perjalanan mengililingi setengah pulau Bali bagian barat. Perjalanan ini saya awali pada pukul 06.00 wita, saya berangkat dari rumah saya di Singaraja. Setelah 2 jam lebih berkendara, saya akhirnya sampai di Gilimanuk, perjalanan ini melintasi jalanan Bali bagian utara atau pesisir utara Bali. Sampai di Gilimanuk saya beristirahat sejenak untuk meregangkan kaki sejenak, setelah itu saya lanjutkan perjalanan ke Timur sebab Gilimanuk adalah ujung Bali bagian barat. Setelah 2 jam lebih berkendara, saya akhirnya tiba di pertigaan menuju ke Pupuan, dari pertigaan ini saya melanjutkan perjalanan ke pertigaan di Pupuan yang menghabiskan waktu kira-kira 1 jam. Di pertigaan ini saya belok ke kanan menuju ke Bubunan di Seririt, dari pertigaan ini sampai di seririt kira-kira membutuhkan waktu 30 menit lebih. Dari Seririt ke Singaraja juga membutuhkan waktu 30 menit, jadi jika ditotal waktu yang dibutuhkan kira-kira 7,5 jam termasuk waktu istirahat di jalan.


Senin, 22 Oktober 2018

Impresi Penggunaan Old CB150R setelah Hampir 5 Tahun

Pada kesempatan kali ini, saya ingin mencoba menceritakan pengalaman penggunaan cb150r setelah hampir 5 tahun. Motor ini saya beli pada tahun 2013 bulan November, jadi sebulan lagi akan genap berusia 5 tahun. Impresi saya selama ini semenjak pertama kali menggunakannya adalah bisa dikatakan cukup puas walau ada sedikit kekurangan. 2 tahun terakhir ini saya cukup disulitkan dengan masalah soket spul yang sering gosong, sudah hampir 3-4 kali saya menggantinya, namun masalah yang sama selalu muncul tiap 5-6 bulan, yang cukup membuat saya frustasi.

Saya sempat vakum touring jarak jauh karena masalah ini, karena takut soket spul gosong di tempat jauh dari bengkel resmi yang bisa service injeksi, karena pengalaman saya bengkel di pinggir jalan belum bisa menghandle motor injeksi. Namun masalah tersebut sudah saya atasi dengan langsung menyambung kabel tanpa soket, kabelnya lebih besar dari kabel di motor, agar kuat menahan arus yang besar.

Setelah hampir 5 tahun, motor ini hampir tidak pernah rewel dan selalu menyenangkan untuk dikendarai. Kini setelah masalah soket spul teratasi, saya seakan kembali jatuh cinta dengan motor ini dan ingin melakukan touring jarak jauh seperti ketika awal-awal memiliki motor ini.

Sabtu, 06 Oktober 2018

Cycling to Pulaki from P. Komodo

Sabtu, 6 Oktober 2018 perjalanan ini dimulai, sejak malam sebelumnya saya sengaja tidur lebih awal sekitar pukul 9. Namun entah mengapa setiap 1 jam saya terbangun dan pukul 03.00 dinihari saya terjaga dan bersiap melakukan perjalanan ini. Waktu menunjukkan 3.37, segera saya kayuh sepeda saya menuju ke jalan besar, muara dari gang rumah saya. Menit demi menit, tak terasa waktu menunjukkan pukul 4.50 dan saya tiba di depan lapangan Seririt, segera saya keluarkan camilan dari tas dan dengan bergegas saya habiskan agar perjalanan bisa dilanjutkan.

Seririt berganti Gerokgak, desa demi desa saya lewati, Tinga-tinga, Peragoan, Patas hingga Sanggalangit klo tidak salah ingat. Dari turunan ke jalan datar kemudian tanjakan begitu seterusnya menjadi santapan saya dalam perjalanan ini. Dua jam terlewati semenjak meninggalkan lapangan Seririt, saya pun tiba di Pulaki. Sejenak saya tepikan sepeda menyebrangi jalanan, menuju sisi pantai di tempat reruntuhan bangunan bekas bale sepertinya, tak menunggu lama makanan ringan dan susu saya santap untuk mencharge tenaga.

Istirahat kilat memang harus dilakukan saat bersepeda, agar otot yang sudah panas tidak menjadi dingin, 15 menit beristirahat cukup bagi saya untuk kembali melanjutkan perjalanan untuk balik. Bisa dikatakan perjalanan untuk balik beratnya hampir dua kali lipat daripada saat berangkat. Selain otot sudah mulai kelelahan, matahari juga mulai bersinar cukup terik, mungkin karena perjalanan balik dimulai pukul 7.20. Dalam perjalanan balik ini setelah mencapai km 70, sekitar desa Patas kalau tidak salah, tenaga saya mulai drop. Tenaga yang saya keluarkan untuk mengayuh benar-benar sudah dibatas maksimal. Saya hanya fokus untuk bisa mencapai PLTGU di Tinga-tinga, karena secara mental ketika sampai disana maka rumah sudah terasa dekat dan semangat akan terisi kembali.

Pukul 9.00 saya akhirnya sampai di lapangan Seririt, ini check point favorit saya untuk mengisi tenaga. Setelah menyantap cemilan, tak perlu beristirahat berlama-lama, saya lanjutkan kembali perjalanan. Di sepanjang perjalanan, saya mulai tergoda dengan penjual minuman, mulai dari kelapa muda, jus dan lain sebagainya terutama yang dingin. Kebetulan tak lama kemudian saya menjumpai penjual es dawet di arah perjalanan balik sambil mendorong rombongnya. Saat sedang menyajikan minumannya, sang bapak sempat bertanya kepada saya, kok sendirian? maunya saya jawab karena saya lone wolf pak wkwk, tapi yang saya katakan adalah kalau sendirian lebih bebas pak, pertanyaan kedua, darimana dan gowes kemana, setelah saya jawab Pulaki, bapak itu lumayan terkejut, karena memang lumayan jauh jaraknya wkwk.

Es dawet sudah saya habiskan, saya lanjutkan perjalanan. Ternyata 10 menit adalah daya tahan efek es tersebut, setelah itu saya mulai berhenti mengecek aplikasi gowes saya hampir setiap 10 menit, masih seberapa jauh pikir saya, kok ngga nyampai-nyampai wkwk, hal ini wajar dilakukan jika sudah mengalami kelelahan yang cukup akut. Akhirnya dengan sisa-sisa tenaga, saya sampai di Lovina, dari sini masih sekitar 12 km lagi menuju ke rumah saya. Benar-benar berat rasanya 12 km terakhir ini, otak mulai agak-agak ngeblong, udah hampir kehilangan kesadaran gtu wkwk.

Dengan segala daya upaya, seperti biasa di depan GOR, samping C'best singaraja, saya isi ion dulu dengan mizone. Setelah itu perjalanan pulang pun menjadi lebih menyenangkan, jam 11 akhirnya saya tiba di rumah. Demikian lah kisah ini saya tulis, hanya sebagai sebuah catatan untuk mengenang masa lalu di masa depan.