Cycling to Pulaki from P. Komodo
Sabtu, 6 Oktober 2018 perjalanan ini dimulai, sejak malam sebelumnya saya sengaja tidur lebih awal sekitar pukul 9. Namun entah mengapa setiap 1 jam saya terbangun dan pukul 03.00 dinihari saya terjaga dan bersiap melakukan perjalanan ini. Waktu menunjukkan 3.37, segera saya kayuh sepeda saya menuju ke jalan besar, muara dari gang rumah saya. Menit demi menit, tak terasa waktu menunjukkan pukul 4.50 dan saya tiba di depan lapangan Seririt, segera saya keluarkan camilan dari tas dan dengan bergegas saya habiskan agar perjalanan bisa dilanjutkan.
Seririt berganti Gerokgak, desa demi desa saya lewati, Tinga-tinga, Peragoan, Patas hingga Sanggalangit klo tidak salah ingat. Dari turunan ke jalan datar kemudian tanjakan begitu seterusnya menjadi santapan saya dalam perjalanan ini. Dua jam terlewati semenjak meninggalkan lapangan Seririt, saya pun tiba di Pulaki. Sejenak saya tepikan sepeda menyebrangi jalanan, menuju sisi pantai di tempat reruntuhan bangunan bekas bale sepertinya, tak menunggu lama makanan ringan dan susu saya santap untuk mencharge tenaga.
Istirahat kilat memang harus dilakukan saat bersepeda, agar otot yang sudah panas tidak menjadi dingin, 15 menit beristirahat cukup bagi saya untuk kembali melanjutkan perjalanan untuk balik. Bisa dikatakan perjalanan untuk balik beratnya hampir dua kali lipat daripada saat berangkat. Selain otot sudah mulai kelelahan, matahari juga mulai bersinar cukup terik, mungkin karena perjalanan balik dimulai pukul 7.20. Dalam perjalanan balik ini setelah mencapai km 70, sekitar desa Patas kalau tidak salah, tenaga saya mulai drop. Tenaga yang saya keluarkan untuk mengayuh benar-benar sudah dibatas maksimal. Saya hanya fokus untuk bisa mencapai PLTGU di Tinga-tinga, karena secara mental ketika sampai disana maka rumah sudah terasa dekat dan semangat akan terisi kembali.
Pukul 9.00 saya akhirnya sampai di lapangan Seririt, ini check point favorit saya untuk mengisi tenaga. Setelah menyantap cemilan, tak perlu beristirahat berlama-lama, saya lanjutkan kembali perjalanan. Di sepanjang perjalanan, saya mulai tergoda dengan penjual minuman, mulai dari kelapa muda, jus dan lain sebagainya terutama yang dingin. Kebetulan tak lama kemudian saya menjumpai penjual es dawet di arah perjalanan balik sambil mendorong rombongnya. Saat sedang menyajikan minumannya, sang bapak sempat bertanya kepada saya, kok sendirian? maunya saya jawab karena saya lone wolf pak wkwk, tapi yang saya katakan adalah kalau sendirian lebih bebas pak, pertanyaan kedua, darimana dan gowes kemana, setelah saya jawab Pulaki, bapak itu lumayan terkejut, karena memang lumayan jauh jaraknya wkwk.
Es dawet sudah saya habiskan, saya lanjutkan perjalanan. Ternyata 10 menit adalah daya tahan efek es tersebut, setelah itu saya mulai berhenti mengecek aplikasi gowes saya hampir setiap 10 menit, masih seberapa jauh pikir saya, kok ngga nyampai-nyampai wkwk, hal ini wajar dilakukan jika sudah mengalami kelelahan yang cukup akut. Akhirnya dengan sisa-sisa tenaga, saya sampai di Lovina, dari sini masih sekitar 12 km lagi menuju ke rumah saya. Benar-benar berat rasanya 12 km terakhir ini, otak mulai agak-agak ngeblong, udah hampir kehilangan kesadaran gtu wkwk.
Dengan segala daya upaya, seperti biasa di depan GOR, samping C'best singaraja, saya isi ion dulu dengan mizone. Setelah itu perjalanan pulang pun menjadi lebih menyenangkan, jam 11 akhirnya saya tiba di rumah. Demikian lah kisah ini saya tulis, hanya sebagai sebuah catatan untuk mengenang masa lalu di masa depan.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda