Senin, 07 Desember 2015

Lonely Traveler, Let's Get Lost

Pada hari sabtu saya iseng-iseng membuka aplikasi google maps di smart phone saya, sebenarnya saya sedang mencari destinasi baru yang belum pernah saya kunjungi, namun ada satu jalan yang masih membuat saya penasaran sebab di google maps digambarkan sebagai jalan yang cukup besar. Jalan itu adalah jalan yang melewati cempaga, pedawa dan gobleg, besar jalan yang digambarkan sama dengan jalan seririt-munduk. Karena rasa penasaran itu lah akhirnya saya merencanakan untuk mencobanya sekalian menuju ke danau Tamblingan. Pada hari minggu saya pun berangkat jam 10 kurang 15 menit menuju ke arah barat untuk mencari jalan masuk menuju Den bukit, jalan masuk ini juga arah menuju ke Vihara banjar yang cukup terkenal di daerah ini. Setelah berjalan kurang lebih 20 menit dari rumah akhirnya saya sampai di jalan masuk tersebut, pada awal perjalanan kondisi jalan masih bersahabat yaitu masih datar dan sedikit menanjak. Sekitar 30 menit melewati jalan yang normal, selanjutnya kita akan menghadapi keadaan jalan yang sedikit lebih menantang, maksud dari menantang adalah jalan mulai menanjak cukup ekstrim dimana kemiringannya kira-kira 45-55 derajat. Namun tidak perlu khawatir atau takut karena jalannya sudah mulus dan aman, kita hanya perlu sedikit berhati-hati dan berkonsentrasi penuh untuk dapat melewatinya. Setelah berjalan sedikit

agak lama saya pun mengecek keberadaan saya melalu google maps, awalnya semua berjalan lancar, namun petualangan bukanlah petualangan jika lancar-lancar saja. Pada suatu pertigaan saya mencoba mengecek keberadaan saya namun apa mau dikata sinyal tiba-tiba hilang dan saya harus mengandalkan naluri saya untuk terus maju. Dipertigaan itu pun saya putuskan untuk lurus, namun semakin lama saya semakin ragu karena tak satupun kendaraan yang melintas atau berjalan bersama saya. Beruntunglah ada seorang bapak-bapak penjual es krim, walau saya merasa aneh di daerah dingin seperti ini ada penjual esk krim tapi saya tetap membutuhkab bantuan bapak tersebut. Setelah mendengar arahannya saya pun putar balik menuju pertigaan sebelumnya dan belok kiri masuk ke pertigaan yg sempat saya abaikan tersebut.

Di jalan ini saya lebih percaya diri sebab ada beberapa motor dan mobil yang lewat, yang menandakan jalan ini memang tembus ke sebuah jalan yang lebih besar. Setelah beberapa saat berkendara dengan keadaan jalan yang menanjak diikuti tikungan yang mendadak, mirip dengan jalan di Bromo saat ke penanjakan satu, karena jalan yang sempit dengan tikungan yang bisa dikatakan membahayakan di tambah tanjakan selama melewati tikungan, setidaknya diperlukan sedikit pengalaman melewati jalan munduk-seririt untuk setidaknya siap dengan apa yang akan dihadapi. Setelah sampai di sebuah pertigaan yang seingat saya oleh bapak penjual es krim berpesan untuk belok kanan di pertigaan, namun entah kenapa naluri saya membawa saya ke kiri dan berjalan setelah 1 kilo saya pun berubah pikiran dan putar balik ke arah pertigaan tadi dan saya putuskan untuk lurus. Akhirnya benar begitu pikir saya yang nyatanya saya mengarah ke jalan yang salah, hujan deras telah mengguyur saya dari gobleg sebelumnya dimana hujannya benar-benar deras sampai saya kesulitan melihat jalan melalui kaca helm saya. Jadi tak sedikit pun terpikirkan jika sampai saya salah jalan dengan hujan yang deras dan keadaan jalan yang menurun tajam membuat saya terua berjalan makin jauh masuj ke dalam ketidak tahuan. Setelah berjalan sekitar 3 km saya tiba di sebuah pertigaan lagi dimana di tengah-tengahnya terdapat bale bengong yang berisi bapak-bapak yang sedang ngobrol, saya pun bertanya arah Tamblingan dan terkejut dan bingungnya saya ketika bapak-bapak tersebut mengatakan Tamblingan arahnya melalui jalan yang baru saya lalui. Sempat kecewa dan sedikit bingung saya cek di google maps dan ternyata benar dan bodohnya saya mengira sinyal akan hilang terus sepanjang perjalanan sehingga membuat saya tidak mengecek google maps.

Turunan tajam yang tadi saya lalui berubah menjadi tanjakan yang sedikit membuat saya enggan untuk melaluinya. Dengan sisa bahan bakar yang sedikit saya pun sedikit was-was apakah cukup sampai di Tamblingan. Beruntung ada sebuah warung tidak jauh dari tempat saya bertanya tadi, penjaga warung tersebut wanita kira-kira seusia dengan saya, setelah mengobrol cukup lama ternyata beliau adalah saudara kembar wanita dari teman sma saya di smansa singaraja, yang unik adalah saudara kembarnya laki-laki dan setelah diperlihatkan fotonya saya pun mengenalinya. Setelah menghabiskan sebatang rokok dan mengisi bahan bakar saya pun berpamitan dengan mbok tersebut dan melanjutkan perjalanan. Pertigaan yang tadi ketemu saya pun lurus sampai akhirnya tembus di jalan Munduk, saya belok kiri dan tak beberapa lama kemudian saya melihat banyak orang berfoto-foto sehingga menarik minat saya untuk mengetahui pemandangan apakah yang sepertinya menarik mereka untuk berfoto, dan ternyata pemandangan inilah yang saya jumpai :


Dengan gambar diatas usai sudah petualangan saya kali ini, sekian dan terimakasih.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda